Untitled Document: "Hal lain yang menjadi sebab Agama Buddha menurun adalah Raja ke-5 pada Jaman Majapahit yaitu Raja Brawijaya V mempunyai anak laki-laki hasil pernikahannya dengan Putri Campa (China), di mana sejak kecil anak tersebut yang diberi nama Raden Babah Patah dididik oleh Raja Ariyodamar di Palembang, Sumatera, yang telah beragama lain. Jadi Raden Patah diajar agama lain bukan Agama Buddha yang telah dianut di negeri itu, sampai Raden Patah menjadi besar dan kembali ke negeri Tanah Jawa di Kerajaan Majapahit. Oleh Brawijaya diterima dan diberikan wilayah kekuasaan untuk dibuka menjadi kerajaan baru. Tempat tersebut oleh Raden Patah dibangun bersama dengan guru-guru spiritualnya yakni para wali, jadilah Kerajaan Demak Bintoro, di Jawa Tengah. Akhirnya demi kepentingan tertentu guru-guru spiritualnya mendesak Raden Patah sebagai Raja Demak Bintoro, untuk segera mereformasi Majapahit berganti agama baru. Meskipun berkali-kali Raden Patah menunda-nunda permintaan gurunya, akan tetapi karena didesak dan didesak terus, akhirnya Raden Patah menurut juga. Oleh karena Brawijaya tidak mendidik Raden Patah untuk mempelajari Agama Buddha, akibatnya Raden Patah tidak menganut Agama Buddha, malah bermaksud mengganti agama yang dianut Brawijaya, orangtuanya.
Sampai suatu ketika Majapahit didatangi PANSUS tentara dari Demak, untuk tujuan mereformasi Majapahit. Prabu Brawijaya sebagai orangtua tentu berpikir panjang, apakah dia harus berperang berhadapan dengan anak, sedangkan sebagai orangtua rela kurang makan minum, kurang tidur, asal anak bahagia orangtua sudah cukup puas. Maka meskipun negeri kerajaan dalam keadaan didesak bahaya, daripada perang dengan anak, Prabu Brawijaya memilih pergi meninggalkan kerajaan; lewat pintu belakang beliau meninggalkan Kerajaan Majapahit menuju Blambangan. Jadi Kerajaan Majapahit ketika itu bukan diambil alih dengan peperangan atau perundingan, tetapi tepatnya ditinggal pergi oleh rajanya. Raja Demak berhasil mengambil "
Kutipan tentang cerita lama yang akan naik dalam alam psiche orang jawa dan mereka yang percaya pada kejawen atau spiritualisme Jawa? Beberapa versi cerita ini sekarang naik ke permukaan, hal ini juga di kaitkan dengan giatnya kunjungan wisatawan dari Bali ke G. Lawu (tempat terakhir Brawijaya V?).
Mengingat bahwa Raja/Presiden saat ini mempunyai hubungan serat dengan pemikiran spiritual Jawa dan Kejawen, menarik untuk melihat apa pengaruh cerita ini. Beberapa versi pemahaman cerita ini memang tidak memberi tafsir tunggal, pertarungan wacana dan upaya memenangkan alam imajinasi ataupun alam spiritual nampaknya tengah berlangsung.
28 Januari 2005
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar