20 Januari 2005

kamusmanado.com - Manado Malay to Bahasa Indonesia Dictionary vv. by Jan F. Menayang

kamusmanado.com - Manado Malay to Bahasa Indonesia Dictionary vv. by Jan F. Menayang

Kamus Melayu Manado ini disusun oleh Oom Yan, kakak Papaku. Di blog begini kan sah saja untuk merefer pada situs dan karya dengan unsur KKN. Tetapi sesuai dengan sifatnya memang blog akan menceriterakan segala pengalaman, pertemuan dan penemuan yang bersifat pribadi.

Pada tanggal 18 Januari kemarin dulu, Oom Jan telah meninggalkan kita semua kembali ke Rumah Bapa; di sana telah menunggu antara lain adiknya (Papa) di samping Opa-Oma. Keinginan untuk merayakan ulang-tahun Oom Jan (dibaca: Yan) sekaligus meluncurkan secara resmi buku ini rupanya tidak bisa terwujud. Tapi keluaraga semua bisa menerima bahwa rencana Tuhan untuk Oom Jan adalah yang terbaik. Oom Jan meninggal setelah menderita kanker untuk beberapa lama.

Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang; Kamus ini merupakan sebagian "belang" yang ditinggalkan Oom Jan. "Belang" hidup adalah ke 4 anaknya (sepupuku) Freddi, Linda, Victor, dan Lanny beserta seluruh istri dan anak ... belang Oom Jan bersam tante Ine. Keluarga Menayang Londa.

Perbedaan penulisan nama keluarga (fam) Menayang dan Menajang, terkait dengan perubahan ejaan bahasa Indonesia, EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan, serta pilihan untuk mempertahankan tulisan atau mengikuti sebutan. Penggunaan "y" pada penulisan mendapatkan bunyi yang sesuai, sedangkan penggunaan "j" di sesuaikan dengan dokumen2 (hukum) yang ada. Kalau tidak salah ingat sih, sempat tanya juga sama Oma kita musti gimana.

Tante Ine dan anak2 memilih untuk menjadikan peristiwa kematian Oom Jan bukan sebagai kesedihan, tetapi momen untuk bersuka cita. Sesuai dengan iman Kristiani, mereka yang mati di dalam Kristus memiliki hidup yang abadi, dan mereka yang memiliki keabadian adalah orang-orang yang beruntung. Untuk mereka yang beruntung kita tidak bersedih. Ekspresi nyata hal ini terwujud sepanjang saat sejak detak jantung terakhir Oom Jan sampai jasadnya dipersatukan dengan bumi.

Setiap waktu gelak tawa yang terdengar, keceriaan, dan senyum; lebih mirip suatu pesta ketimbang kedukaan. Pilihan lagu mereka yang menunggui lewat malam pun lebih sering berirama riang. Terkadang memang jerit di sela berbagai permainan yang mengalir begitu saja di antara keluarga dan teman yang datang mungkin mengganggu tetangga. Mereka yang lewat melihat karangan bunga berlimpah dan tidak bisa membaca jelas tulisan, tetapi mendengarkan gelak tawa, mungkin menyangka yang berlangsung adaah hajatan. Tetapi itu pula memang keinginan Oom Jan.

Victor, anak ke 3 Oom Jan, yang atas nama keluarga mengucapkan terima kasih saat pemakaman mengucapkan kembali keinginan ayahnya untuk tidak menjadikan acara pemakaman sebagai upacara pemuliaan diri almarhum. Walau tersendat dan sulit melepas rasa sedih (sedikit momen ekspresi kesedihan), terucap terima kasih kepada semua saudara dan handai taulan dalam pilihan kata yang indah tanpa berlebihan serta tidak menyebut banyak nama yang pasti pajang tak terkira (menyiksa yang ada di makam). Ungkapan terima kasih sedikit pada ayah, pada Oom Jan lewat ungkapan tentang capaian "belang-belang" hidup yang di tinggal merupakan bahasa diplomatis yang di kuasai. Apakah hal ini yang menghantar Victor untuk mengetuai satu komisi negara yang mengurusi ini frekuensi yang ada di republik ini?

Akan banyak cerita bisa di gali sekitar pristiwa kematian Oom Jan, juga peristiwa itu membuka banyak kemungkinan dengan bertemunya banyak keluarga yang dengan berbagai kesibukannya sangat jarang bisa bertemu. Akankah belang terakhir Oom Jan, melahirkan sinergi berbagai orang di sekitarnya untuk kebaikan umat manusia dan Tuhan bisa terwujud .... hal yang juga di singgung dalam eulogy.

Tidak ada komentar: