08 November 2004

Many-to-Many: Middlespace: membahas Friendsters (antara lain)

Many-to-Many: Middlespace: "Monetizing Fakesters

When Friendster launched, users enjoyed relative freedom of expression and connection. Many used it as a platform to form their own communities, some got laid and some were even more creative. Fakesters, or fake profiles, proliferated in abundance and helped make the culture unique in ways designers didn't anticipate.

Friendster tried to shut down the Fakesters because they were outside their design and encroached on their property. I once thought there was a certain logic to this because it disaffected network structures, as a Fakester was a node that collapsed the network, artificially shortening network horizons. As could be expected, the community reacted negatively and many abandoned the platform en mass.

While the burning man and urban hipster crowd moved on, the network grew in very different directions, dominated by asian cultures. Visit lengths have continued to be about 2 hours, a golden metric for advertisers, which led to their first generation business model."

Ternyata gejala Friendster itu telah menciptakan pola interaksi sosial sendiri, dan juga saat ini telah didominasi oleh kultur asia (entah bagian mana Asia maksudnya. Juga banyaknya "fakesters" yakni profil yang tidak benar (pura-pura), tetapi ternyata ini dari sudut pandang bisnis hal ini tidak mengganggu karena ternyata para pengguna friendster memiliki waktu berkunjung rata2 lebih rai 2 jam.

Karena menurut artikel di atas Friendster saat ini merupakan favorit pemasang iklan di internet. Rupanya parameter bagi pemasang iklan di internet saat ini antara lain adalah jumlah pengunjung dan waktu rata2 kunjungan. Buat praktisi periklanan mungkin hal ini perlu menjadi perhatian, alat ukur apa yang kita gunakan kala menetukan media iklan yang kita gunakan.

Tidak ada komentar: