19 Oktober 2005

squattercity: hunian liar di perkotaan

Permasalahan penghuni dan bangunan liar di perkotaan dunia ketiga menjadi perhatian penulis blog ini. Tidak hanya pengamat sambil lalu tetapi memang menjadi peneliti dengan pengalaman hidup di berbagai kota sebagai "gembel" untuk mendapat pemahaman yang menyeluruh - khususnya dinamika mereka yang mejadi penghuni dan pemukim liar ini.

Persoalan ini tidak merupakan masalah yang mendapat perhatian besar di Indonesia saat ini. Tetapi juga bahwa perencanaan pembangunan perkotaan tidak memberi tempat yang baik kepada mereka yang tersingkir dari desa dan harus (atau memilih) untuk mengadu untung di kota. Tidak tersedianya sektor formal yang menampung, baik sebagai pekerja maupun sebagai pemukim melemparkan mereka menjadi pemukim liar dan pekerja sektor informal.

Membaca blog ini akan memberi pengalaman perbandingan dengan berbagai negara. Juga mengenali pemikiran alternatif terhadap perencanaan kota yang birokratis mengarah kepada kota industri, niaga, dan jasa. Perspektif yang melihat kota sebagai sektor ekonomi dan kegiatan usaha membuat orang melupakan manusia yang hidup disana, menjadikan mereka obyek yang harus mematuhi program atau menjalankan peran tertentu saja.

Blog ini membantu kita melihat kota yang seutuhnya.

squattercity: " Name:Robert Neuwirth

I'm a writer who spent two years living in squatter communities in four continents. These neighborhoods--which dominate most of the cities of the developing world--are vibrant and energetic, but horribly misunderstood. My new book, Shadow Cities, is an attempt to humanize these maligned settlements. My articles on cities, politics, and economic issues have appeared in many publications, including The Nation, The Village Voice, Newsday, The New York Times, Metropolis, and City Limits. Before becoming a reporter, I worked as a community organizer and studied philosophy. I live in New York City."

Tidak ada komentar: